Tau gak sih Ujian yang didatangkan dari Allah merupakan hadiah buat kita. Jangan pernah berfikir ketika Allah menguji kita Allah itu benci dengan kita. Biasanya Allah menguji kita karena Allah rindu akan kita. Rindu dengan doa-doa yang selalu kita panjatkan dan sebagainya. Allah rindu akan komunikasi kita denganNYA. Allah juga tak akan menguji hambanya melebihi kemampuannya hambanya.
Simaklah Firman Allah SWT yang begitu indah ini,
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu? Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutanmu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (QS. Alam Nasyrah/94:1-8)
Melalui Ayat ini Allah SWT ingin mengingatkan kepada kita akan janjiNya bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, dan harus kita yakini bahwa Allah memiliki banyak pintu kemudahan agar kita bisa melewati setiap ujian yang datang, maka sudah seharusnya kita mengikutsertakan selalu hati yang bersih dan keyakinan yang menghujam di dalam dada kita akan dekatnya pertolongan Allah mana kala kita pun dekat denganNya. Jangan pernah ragu akan janji datangnya pertolongan Allah, Allah lah yang punya kuasa membalikkan keadaan, Allah lah yang memiliki kuasa menjadikan kita tersenyum bahagia selepas kita menangis, dan Allah lah yang memiliki kuasa atas setiap jawaban di setiap ujian yang kita hadapi, Jangankan Menenangkan ombak yang ganas, menenangkan air mata kita yang larut di pipi dan mengubahnya menjadi senyuman yang manis pun Allah sudah pasti sanggup. Maka untuk apa kita ragu, yakinlah ada kasih sayang Allah di balik ujian yang datang dan mulai saat ini, ketika ada ujian yang datang haruslah kita Hadapi, Hayati dan Nikmati. Karena sungguh bisa jadi ujian yang Allah berikan kepada kita adalah sebuah undangan khusus dari Allah agar kita bisa kembali dekat denganNya.
Lha, disinilah akan muncul sebuah pertanyaan, “Kenapa seluruh manusia tidak diuji dengan nikmat pemberian?". Jadi, jawabannya adalah seandainya seluruh manusia dalam keadaan sehat wal afiyat, harta melimpah dan berbagai macam nikmat lainnya, maka mereka tidak akan pernah merasakan betapa besarnya nilai kenikmatan tersebut.
Kalaupun manusia diberikan kesehatan terus menerus, niscaya dokter yang lazimnya dia kaya raya, dia akan terjatuh pada kemiskinan, dan ilmunya tidak akan terpakai. Kemudian contoh lain ialah, kalaupun orang diberikan harta yang melimpah semua, niscaya tidak akan ada tukang bangunan, tidak akan ada tukang tambal ban, dan lain sebagainya.
Selain itu, kita tidak akan bisa membedakan antara orang yang tawadlu’ dengan orang yang sombong; antara orang yang bersyukur dengan yang kufur; daan antara orang yang sabar dengan yang tidak sabar. Bukankah Allah telah berkalam:
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian.” (QS. Muhammad 31)
Allah juga berkalam:
“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Pemeliharamu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am: 165)
Hal ini dari salah satu segi. Adapun dari segi lainnya bahwa Allah Swt memberikan rizki ataupun menahannya sesuai dengan kondisi hamba tersebut dan tergantung pada maslahat mereka masing-masing yang tidak diketahui oleh manuisa kecuali Allah Swt sendiri. Kalam-Nya:
“Sesungguhnya Pemeliharamu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra`: 30)
Dalam hadits Qudsi, Allah berkalam, “Sesungguhnya pada sebagian hamba-Ku kekayaan merupakan hal yang terbaik baginya. Jika ia miskin ia akan membuat ia celaka. Sesungguhnya pada sebagian hamba-Ku kemiskinan merupakan hal yang terbaik baginya. Jika ia kaya maka ia akan celaka. Sesungguhnya pada sebagian hamba-Ku kesehatan merupakan hal yang terbaik baginya. Jika ia sakit maka ia akan celaka. Sesungguhnya pada sebagian hamba-Ku penyakit merupakan hal yang terbaik baginya. Jika ia sehat maka ia akan celaka…..” (H.R. Abu Nu’aim).
Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah Saw yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah menjaga orang-orang yang beriman dari fitnah dunia sebab Dia mencintainya. (Dia melindungi mereka) bagaikan kalian melindungi orang yang sakit di antara kalian dari sebagian makanan dan minuman.” (Shahihu Jami’ish Shaghir (1318).
Pembaca SUARA ISLAM yang saya hormati, Ingat! Di Balik Ujian ada Hikmahnya, Apa itu? Mari kita semak…
Allah Swt menguji hamba-hamba-Nya agar mereka ingat untuk kembali kepada-Nya sebelum kesempatan itu berlalu begitu saja. Allah Swt berkalam: “Dan Kami timpakan kepada mereka akan adzab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Az-Zukhruf: 49)
Maka yang demikian merupakan bentuk kecintaan dan rahmat Allah bagi mereka yang bermaksiat. Allah Swt berkalam:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (Rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu. Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. Al-An’am: 42)
Allah menguji manusia dengan cara demikian agar mereka bersih dari segala dosa selama di dunia sebelum mereka sampai ke akhirat dan dibersihkan dengan api neraka.
Jika dibandingkan antara ujian di dunia dengan adzab di neraka, manakah di antaranya yang lebih ringan? Bukankah Rasulullah Saw telah bersabda:
“Tidaklah satupun musibah yang menimpa seorang muslim, ataupun cobaan, kegelisahan, kesedihan, kegundahan bahkan duri yang menusuknya melainkan Allah mengampuni dosanya.” (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi).
Beliau juga bersabda: “Jika seseorang senantiasa diuji dengan jiwa, anak dan harta, melainkan nia menemui Allah dalam keadaan tanpa dosa.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah yang dishahihkan oleh Al-Albani di Shahihul Jami’ (5815)
Namun, Allah juga memberikan ujian-Nya terhadap hamba-Nya yang taat sebagai wasilah bagi-Nya untuk mengangkat derajat mereka di surga. Kenapa demikian wahai saudara-saudaraku? Karena amalan mereka tidak mungkin mencukupi untuk sampai kepada deraqjat setinggi itu. Oleh sebab itu ujian merupakan salah satu sarana untuk memperlihatkan pada Allah akan penghambaan mereka, kefakiran, ketundukan dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut tidak akan terlihat dari mereka kecuali dengan cara ini.
Al-Qadhi ‘Iyadh menguatkan hal ini dalam kitabnya “Asy-Syifaa bi Ta’rifi Huquqi al-Musthafa”, “Apabila dikatakan Apa hikmah yang terkandung di balik sakit keras yang menimpa Rasulullah Saw dan para Nnbi yang lain? Apa tujuan Allah menimpakan ujian dan memberikan coban kepada mereka seperti; Ayyub, Yahya, Zakariya, Ibrahim, Yusuf dan lainnnya, sedangkan mereka merupakan manusia terbaik pada masanya juga para kekasih Allah?”
Ketahuilah bahwa seluruh perbuatan Allah itu tidak kelar dari timbangan keadilan. Selurh perkataan-Nya jujur sebab tidak ada pengganti dari kalimat-Nya. Dia menguji hamba-Nya dengan tujuan: “Supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat.” (QS. Yunus: 14)
Ujian yang menimpa mereka merupakan suatu hal yang dapat meninggikan posisi mereka serta mengangkat derajat mereka. Selain itu ujian tersebutlah yang akan menjadikan hamba-hamba yang sabar, ridla, bersyukur, bertawakkal, menyerahkan urusan kepada Allah, dan lain sebagainya. Apabila mereka melalui ujian yang ada dengan penuh kesabaran, maka akan terhapuslah segala kesalahan dan segala kelalaian yang telah berlalu sehingga mereka bertemu dengan Allah Swt dalam keadaan bersih dan ganjaran mereka lebih sempurna serta pahala mereka berlipat ganda. (Asy-Syifa lil Qodli ‘Iyadl).
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Allah Swt tidaklah menimpakan sebuah ujian kepada hamba-Nya melainkan Dia mencintainya dan ingin melihat bagaimana ia tunduk di hadapan-Nya. (Al-Mahabbah li Junaid / 73).
Hai para pembaca SUARA ISLAM yang saya hormati!
Sebagian orang tidak suka dengan turunnya hujan sebab ia dapat menimbulkan bencana. Namun pada dasarnya hujan merupakan rahmat bagi manusia. Sebab dengan hujan tumbuh-tumbuhan bisa hidup dan makhluk lainnya bisa berkembang biak. Tindakan Allah Swt dengan menrunkan hujan bukan berarti Dia tidak memahami terhadap apa yang dirasakan oleh sebagian hamba-Nya. Akan tetapi Allah ingin mewujudkan maslahat umum bagi manusia dengan menetapkan beberapa keputusan meski keputusan tersebut berujung dengan terjadinya banjir dan lain sebagainya.
Biarpun secara kasar mata ujian kelihatan begitu menyusahkan dan menyengsarakan, tapi di baliknya pasti ada rahmat yang begitu banyak. Allah berkalam: “Karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa`: 19)
Nah, dari sini kan dapat kita ketahui, bahwa di balik ujian atau cobaan pasti ada hikmahnya. Berbeda dengan yang dinamakan adzab, itu beda lagi. Kalau adzab ditimpakan supaya manusia yang lain bisa mengambil ibroh dari peristiwa tersebut, atau dapat menjadikannya sebagai pelajaran. Wallahu a’lam.